Wednesday, December 05, 2007

(bukan) tentang poligami

Sesuatu yang dikatakan seorang teman baru-baru ini begitu membekas di pikiran saya. Cerita berawal dari obrolan santai kami mengenai status baru dia sebagai seorang ayah. Allah telah mengaruniai dia seorang putri. Kegembiraan masih terpancar jelas dari wajah sang ayah baru.

Saya pun bertanya mengenai nama anak pertamanya itu karena saya selalu tertarik dengan nama manusia-manusia baru yang dilahirkan ke dunia ini. Dia pun menyebutkan sebuah nama yang terdiri dari dua kata, tapi yang tertangkap oleh saya hanya nama yang kedua yaitu "Khadijah".

Sang ayah baru kemudian menjelaskan lebih jauh kenapa nama "Khadijah" yang dia pilih, "Saya pilih (nama) 'Khadijah', dan bukan 'Aisyah', karena Khadijah tidak dipoligami, sedangkan Aisyah mau dipoligami. Saya setuju dengan poligami, tapi saya tidak mau putriku (nanti) dipoligami."

Dari situ, semakin jelas buat saya kalau nama "Khadijah" bagi nama putrinya dia ambil dari nama istri Nabi Muhammad SAW karena dia juga menyandingkan nama itu dengan "Aisyah" yang juga istri Rasulullah. Jadi, ketika dia menyebut-nyebut poligami, yang dia maksud sudah pasti poligami yang dilakukan Rasulullah.

Terus terang, saya tidak bisa sepenuhnya menangkap apakah pernyataannya soal pemilihan nama Khadijah dan soal poligami itu serius atau bergurau. Karena kalau itu pernyataan serius, menurut saya, pendapatnya sangat keliru. Dan, kalau pernyataan itu cuma gurauan, maka itu adalah gurauan yang kurang lucu.

Saya bertanya-tanya, bagaimana dia bisa menyetujui satu hal (poligami), tapi dia tidak mau jika hal itu "menimpa" anggota keluarganya (putrinya)? Apakah sikap mendua tersebut lantaran dia menyamakan poligami yang dilakukan Rasulullah dengan poligami yang dilakukan oleh laki-laki yang lain? Apakah dia sadar kalau secara sadar atau tidak sadar dia telah menyamakan derajat Nabi dengan manusia lain yang bukan nabi?

Apakah dia berpikir kalau dia lebih berilmu atau lebih mulia kedudukannya daripada Abu Bakar ra. dan Umar bin Khaththab ra yang masing-masing putri beliau berdua dipoligami oleh Nabi? Apakah dia juga berpikir bahwa Aisyah atau Hafshah atau istri-istri Rasulullah yang lain mengalami ketidak-adilan atau penderitaan selama mereka dipoligami oleh beliau? Itu semua hanya sebagian kecil dari pertanyaan-pertanyaan yang bisa saya ajukan kepada teman saya itu dan dia punya kewajiban moral dan intelektual untuk menjawabnya.

Saya pribadi berpendapat kalau poligami adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan kecuali telah terpenuhi seluruh persyaratan yang diatur dalam Al-Quran. Rasulullah hidup bahagia selama 25 tahun bersama Khadijah hingga sang istri tercinta wafat. Selama 25 tahun penuh rumahtangga Nabi adalah rumahtangga monogamis. Saya pribadi berpendapat bahwa poligami adalah hak istimewa dari Allah yang diberikan khusus bagi Rasulullah yang mengemban tugas menyampaikan risalah kepada seluruh alam.

Saya juga memiliki seorang putri saat ini. Dan terus terang, tidak pernah terlintas di kepala saya kemungkinan putri saya akan dipoligami kelak. Seperti kebanyakan orangtua lainnya, saya hanya berpikir untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi keluarga saya. Saya rasa itulah kewajiban saya sebagai orangtua, dan bukan mendidik dia supaya mau atau tidak mau dipoligami suatu hari nanti.

Di akhir dialog, teman saya itu mengatakan bahwa masalah poligami bukan satu-satunya alasan kenapa dia memilih nama "Khadijah". "Ada banyak pertimbanganlah, bukan cuma itu (poligami). Misalnya, karena Khadijah itu adalah istri yang paling dicintai Rasulullah hingga akhir hayat beliau, sampai-sampai Aisyah sering cemburu dengan almarhumah (Khadijah)," begitu kira-kira yang teman saya katakan. Ah, kalau itu baru saya setuju..

6 comments:

Anonymous said...

jadi pesna moralnya, mas Amrie mau poligami yaa he...he...he...

Anonymous said...

jadi pesna moralnya, mas Amrie mau poligami yaa he...he...he...

Anonymous said...

sekarang sih belum, tp mgkn nanti ya he he he he

Amrie Hakim said...

kalaupun ada laki-laki yang lebih pantas untuk berpoligami tentu mas anggara lah orangnya. gagah, guanteng, pinter bukan main, blognya kerennya minta ampun, ramahnya ga ketolongan, luar biasa sopan, dan banyak lagi.. :))

just kidding mas. salam utk ASA dan ISA.

Anonymous said...

Salam dari Yogya

Anonymous said...

Jadi sebenarnya anda setuju atau tidak dengan poligami?? Klo anda katakan bahwa teman anda itu kenapa menyamakan kemuliaan dengan nabi, berarti orang yang berpoligami jaman sekarang ini salah kan???

Karena orang yang berpoligami selalu membawa dan menyamakannya dengan nabi, karena memang ada ayatnya.

Teman anda itu wajar saja punya pikiran takut klo anaknya dipoligami, itu manusiawi. Orangtua mana sih yang rela anaknya dipoligami, kecuali karena harta dan kedudukan??

Misal, anda seorang Jenderal yang punya duit, harta dan kedudukan. Anda memiliki anak putri cantik semata wayang yang jatuh cinta dengan sopir anda yang sudah beristri.

Si sopir anda ini sudah menikah. Anda rela putri cantik anda dipoligami dengan si sopir??
Klo anda cinta dengan nabi dan tulus menjalankan ibadah, harusnya anda relakan dong. Tapi sulit kan??

Makanya, poligami itu merusak pikiran!!