Tuesday, November 27, 2007

menjadi pembenci atau penyayang?

Membenci itu melelahkan. Sedangkan, menyayangi itu menyenangkan. Alasan bagi kita untuk membenci seseorang, menurut saya, sama banyaknya (atau sedikitnya) dengan alasan untuk menyayangi dia. Kalau kita menganggap membenci itu mudah, maka menyayangi itu jauh lebih mudah.

Kita dapat selalu membenci seseorang meskipun dia selalu berbuat baik atau mengatakan hal-hal baik kepada kita. Untuk melakukan itu, yang kita butuhkan cuma satu; prasangka buruk (suudzan). Sebaliknya, kita juga bisa senantiasa menyayangi seseorang kendati dia sering berbuat buruk atau mengatakan hal-hal negatif tentang kita. Untuk mengerjakan ini juga mudah, cuma satu yang kita perlukan; prasangka baik (husnudzan).

Membenci dan berprasangka buruk itu bisa dilakukan siapa saja, dan yang paling senang melakukannya adalah orang-orang bodoh. Menyayangi dan membiasakan berprasangka baik juga bisa dilakukan siapa saja, dan yang paling menggemarinya adalah orang-orang yang berakal.

Pembenci itu ditemani setan dan dijauhi manusia. Sedangkan, penyayang itu disenangi manusia dan dimusuhi setan. Pembenci itu dibenci bahkan oleh temannya. Sedangkan, penyayang itu disayangi bahkan oleh musuhnya. Pembenci tidak lain adalah peniru akhlak setan. Sedangkan, penyayang itu menapaktilasi akhlak Nabi.

Salah satu hal yang wajib kita benci adalah kegagalan kita dalam menemukan maksud baik dari tindakan atau ucapan seseorang kepada kita. Sangat tepat apa yang pernah dikatakan oleh Imam Ja'far ash-Shadiq: "Kalau Anda mendengar satu ucapan dari seorang Muslim, maka upayakanlah memahaminya dalam arti sebaik mungkin. Kalau Anda tak menemukan makna itu, maka kecamlah diri Anda karena tak mampu menemukannya."*

Sedangkan, salah satu hal yang wajib kita cintai adalah kerja keras kita untuk menyayangi orang yang membenci kita, dan berprasangka baik kepada mereka yang berprasangka buruk kepada kita. Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk mengikuti nasihat berikut: "Jangan pernah memahami kalimat buruk yang Engkau dengar benar-benar buruk selama masih ada peluang memahaminya baik."* Wallahu 'alam.

--------------------------------
* Referensi: M. Quraish Shihab, "Yang Sarat & Yang Bijak", Lentera Hati, September 2007.

2 comments:

Anonymous said...

A great posting... :), mudah-mudahan bermanfaat buat orang banyak ya, terutama orang-orang yang mungkin sampe sekarang gak mudah ngilangin kebiasaan "berburuk sangka" pada siapa pun dan apa pun...

noerce said...

Sebenarnya Benci Vs Sayang, baik Vs buruk, adalah sifat dasar yang dianugerahkan Tuhan kepada setiap insan bernama manusia. Latar belakang baik pendidikan, lingkungan sangat memengaruhi karakter yang terbentuk pada seseorang, krn habit yang berlangsung dlm jgk waktu lama dan terus menerus, akan memola. Sebagaimana kita di didik dengan kebencian, maka kita pasti akan menjadi Pembenci (meski dlm kurun wkt tertentu kemungkinan bisa berubah) begitu juga karakter penyayang...Jadi, mulailah didik diri kita, keluarga kita, anak2 kita, teman2 kita menjadi apa yg kita inginkan...karena itulah hasil nanti yg akan kita petik...Panjang yach?maaf...