Friday, April 20, 2007

rokok atau chiki?

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.” (Tuhan Sembilan Senti, Taufiq Ismail)

Semalam saya mampir ke minimarket di dekat rumah untuk membeli permen buat anak. Saat hendak membayar, di depan saya ada tiga orang (cowok) ABG yang juga antre di kasir. Saya taksir, mereka baru SMA kelas 1 atau 2, dan yang berdiri pas di depan saya mungkin lebih muda lagi, masih SMP. Iseng-iseng saya perhatikan bahwa mereka membeli barang yang jenisnya sama; rokok. Dua orang pembeli pertama, saya lihat membeli dua bungkus rokok kretek (kayaknya buat dia dan temannya yang juga ikut antre) dan yang lebih muda membeli produk rokok dengan filter.

Tentu tidak ada yang istimewa dari pengalaman saya itu. Itu adalah pemandangan yang lazim kita lihat sehari-hari. Anak-anak di bangku SMP dan SMA beli rokok dan merokok. Bahkan, kita tinggal di lingkungan perokok. Ayah saya perokok, ayah mertua saya perokok, adik saya dua orang, dua-duanya merokok, sahabat, teman, dan rekan kerja saya merokok. (Sangat) banyaknya perokok boleh jadi tidak bisa menjadi ukuran tingginya angka buta huruf di Indonesia. Tapi, itu menjadi tanda tanya mengingat peringatan yang, meski sudah ditulis besar-besar di setiap bungkus rokok, seakan masih tidak dapat dibaca atau dipahami oleh para perokok: MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN.

Masih ada hubungannya dengan rokok, di koran Kompas edisi Minggu (15 April), ada artikel yang mengupas sosok Michelle Sampoerna. Saya tertarik membaca artikel ini karena wajah Michelle yang sangat menarik, Kompas memuat fotonya sepertiga halaman. Michelle adalah putri dari Putera Sampoerna, salah satu konglomerat Indonesia, bos pabrik rokok raksasa Sampoerna. Michelle saat ini memimpin Sampoerna Foundation (SF), yayasan nirlaba yang yang berdedikasi memperbaiki kualitas dan akses pendidikan di Indonesia, begitu Kompas menulis. Ini mungkin adalah salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) dari Sampoerna. SF yang disebut-sebut sebagai lembaga nirlaba terbesar yang dimiliki pengusaha itu diberitakan telah memberikan lebih dari 25.000 beasiswa mulai dari tingkat SD hingga S-2. Cukup luar biasa. Pesannya, semua itu mungkin tidak bisa dilakukan SF tanpa ada jutaan orang yang merokok.

Saya juga jadi ingat saat kongkow-kongkow dengan tetangga-tetangga di rumah (semuanya bapak-bapak). Sudah jadi bahasa kemesraan dan keakraban dalam pergaulan, seorang teman menawarkan rokok kepada temannya yang lain. Dan saat itu adalah saat yang kesekian kalinya saya ditawari rokok oleh orang lain. Sebelumnya, sang tuan rumah menawarkan minuman beralkohol kepada saya dan tamu lainnya (waktu itu ada dua tamu lagi selain saya), dan setelah berbasa-basi, saya tolak dengan halus. Setelah itu, baru sang tuan rumah menawarkan rokok yang kemudian saya tolak lagi, dengan halus juga. Akhirnya, sambil bercanda, dia mengatakan, “kalau Chiki, mau pak Amrie?” Semua yang ada di ruangan itu langsung tertawa. Akhirnya, saya memang cuma makan kacang, karena chikinya tidak ada.

Soal rokok, salah satu ulama besar Indonesia, M. Quraish Shihab, mengikuti garis hukum yang menyatakan bahwa rokok itu barang haram. Beliau juga dengan tegas menyatakan bahwa seorang perokok tidak bisa menjadi imam dalam salat (baca, “Lentera Hati” oleh M. Quraish Shihab, Penerbit Mizan).

Menutup tulisan ini, saya kutipkan beberapa bait syair dari Taufiq Ismail mengenai rokok. Syair berikut diberi judul “Tuhan Sembilan Senti”.

Min fadhlik, ya ustadz. 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan. 15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan. 4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith. Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok
.”

Wallahu ‘alam.

Salam,

amrie

1 comment:

Anonymous said...

ngebahas rokok mah gak ada habisnya...
Saya ingin berhenti tapi sangat2 sulit.

Beberapa alasan orang untuk merokok adalah HAK tiap2 org itu sendiri...mungkin dengan merokok mereka bisa mendapat ide2 baru, atau tempat mencurahkan kejenuhan (bisa2 saja)

Saya juga yakin anda pasti pernah merasakan rokok, cuma bedanya anda sudah sadar bahwa rokok itu adalah suatu "penyakit" yg berbahaya.

Walaupun dampaknya tidak konstan dapat dirasa...tapi ya gimana lagi ya...namanaya juga sudah Addicted (kecanduan)

hehehe