Thursday, January 18, 2007

tentang nama yang baik dan panggilan yang buruk

Rekans tercinta,

Sebagian besar dari kita boleh jadi sering atau setidak-tidaknya pernah mensyukuri betapa indah nama yang diberikan orangtua kepada kita. Bilamana ada di antara kita yang belum melakukannya, tentu patut bagi kita untuk melakukannya. “What’s in a name”, “apa arti sebuah nama”, seperti disebut Shakespeare dalam “Romeo and Juliet”, menurut saya, hanya mengandung kebenaran dalam konteks drama itu saja. Dalam bergaul atau memilih teman tidak perlu kita melihat latar belakang keluarga (family name), atau juga status sosial dan ekonomi seseorang.

Tapi, nama adalah segala-galanya. Nama seseorang adalah doa dari sang orangtua untuk buah hatinya. Juga dikatakan, setiap orang tua adalah "nabi" bagi anaknya pada saat memberikan nama bayi itu (http://www.kawanankecil.org/bs_nama.php). Kawan-kawan Kristen kita boleh jadi akrab dengan ayat berikut: “... sebab seperti namanya demikianlah ia ...” (1SAMUEL 25:25). Jadi, adalah hak sang anak untuk diberikan nama yang baik dari orangtuanya. Hal mana selaras dengan ucapan Nabi Muhammad: “Sesungguhnya di antara hak anak ke atas ayah ialah mengelokkan namanya dan mengelokkan adabnya.” (HR. Al Bazzar).

Berdasarkan hadis di atas, saya setuju dengan pendapat bahwa nama bukanlah predestinasi (ramalan) dari masa depan pemilik nama tersebut. Adalah kewajiban dari orangtua untuk membentuk sang anak dengan ahlak yang luhur dan menjauhkan darinya hal-hal yang dapat mendekatkan si anak kepada moral yang rendah. Dengan memberikan nama Muhammad pada sang anak misalnya, sang orangtua sejak dini wajib mengakrabkan ahlak-ahlak Muhammad pada sang anak sedini mungkin. Anak yang diberikan nama Michael (Mikail) misalnya, menerbitkan kewajiban pada si orangtua untuk antara lain membiasakan anak menjadi seorang dermawan dan amanah, seperti tugas ilahiah Michael sebagai malaikat pendistribusi rezeki.

Demikian pandangan saya tentang betapa pentingnya sebuah nama bagi seseorang. Saya pribadi termasuk orang yang senang akan nama-nama sebagian teman yang indah. Saya kadang penasaran dan tak segan untuk bertanya jika saya tidak mengetahui apa makna dari nama seseorang. Beberapa nama bahkan berkesan di hati saya karena kedalaman maknanya, dan beberapa nama yang lain karena keunikannya. Tiap nama, bagaimanapun, unik. Betapa nama merupakan doa dan mencerminkan pemiliknya juga saya temui buktinya di antara beberapa teman. Seorang sahabat bernama Inayah misalnya, sesuai makna namanya, gemar menolong, dan yang bernama Alam, senang sekali bertualang di alam bebas.

Saya juga senang memanggil teman atau seseorang sesuai dengan nama yang dia miliki karena saya juga senang jika diperlakukan sama oleh orang lain. Sebaliknya, saya tidak senang jika ada teman dipanggil dengan nama yang tidak sesuai dengan namanya, apalagi panggilan tersebut cenderung merendahkan orang tersebut, karena saya pribadi tidak suka jika diperlakukan demikian oleh orang lain. Memanggil teman atau orang lain dengan julukan atau sebutan adalah suatu hal yang lazim di lingkungan kita. Seringkali hal demikian menunjukkan kedekatan atau keakraban kita dengan orang tersebut. Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh misalnya, sering dipanggil dengan nama Arman oleh sebagian orang, termasuk oleh pers.

Tapi, memanggil seseorang dengan julukan atau sebutan bukan tidak ada batasannya. Saya berpandangan, sebutan atau panggilan bagi seseorang adalah halal sepanjang tidak merendahkan orang tersebut. Kalaupun panggilan atau sebutan tersebut tidak seindah nama aslinya, setidak-tidaknya orang tersebut menyetujui untuk dipanggil dengan panggilan atau sebutan tertentu. Tapi, saya setuju dengan pendapat bahwa kita dilarang memanggil seseorang dengan nama-nama binatang, kecuali jika maksudnya sebagai sanjungan. Seperti misalnya julukan Asadullah atau singa Allah bagi salah seorang sahabat Nabi yang perkasa di medan peperangan.

Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan salah satu ayat Al Quran yang berkaitan dengan larangan untuk mengolok-olok orang lain. Terima kasih atas perhatian rekan-rekan semua.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang diolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri, dan jangan kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (QS 49: 11)

Salam saya,


Amrie

1 comment:

alaybeudh said...

mmm.......
numpang nanya ....
kl nama yg bagus bwat adik saya yg laki2 apa ya?
tlg di bls dong d blog saya