Monday, April 21, 2008

'suara lembut'

"We were together, alone, close to an extent beyond description. I was not crying - the tears came later. Each of us was before the other; unknown & united as we had been at the beginning of our journey. In this last unity, in the midst of this very close familiarity, I talked to him, kissing that forehead that was so noble and handsome, on which age and pain had not succeeded to carve any wrinkles, and no adversity had managed to cause to frown - a forehead that still emanated light."

Kalimat itu adalah sebagian kesaksian yang ditulis seorang istri mengenang almarhum suami yang sangat ia cintai. Kata-kata itu ditorehkan oleh Suzanne dalam buku berbahasa arab berjudul "Ma'ak" (Bersamamu) yang dia persembahkan untuk mendiang suaminya, Taha Hussein (di Indonesia sering ditulis Taha Husain). Ma'ak hingga sekarang dikenal sebagai buku yang sangat menyentuh yang bercerita tentang kehidupan dan kebersamaan mereka.

Saya tidak mengenal Suzzane, tapi saya mengagumi suaminya. Saya pertama kali "mengenal" Taha Hussein saat masih di bangku kuliah, tepatnya pada salah satu hari ketika saya menghabiskan waktu di Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, Depok, beberapa tahun ke belakang. Saya mengenal cendekiawan berkebangsaan Mesir itu lewat salah satu karya besarnya yaitu "Fitnatul Kubra" yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dengan judul "Malapetaka Terbesar dalam Sejarah Islam".

Berdasarkan sumber yang saya baca, semasa hidupnya Hussein menulis sejumlah buku dan banyak artikel. Topik-topik tulisan Hussein pada umumnya mengenai literatur dan sejarah Islam, karya fiksi, serta politik. Hussein adalah seorang doktor filsafat. Hussein juga pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan Mesir pada 1950. Hussein juga pernah menerima penghargaan di bidang hak asasi manusia dari PBB. Di atas itu semua, sebagian karya tulis Hussein sempat mengundang kontroversi dan tekanan dari kaum konservatif Mesir.

Hussein adalah seorang yang mengalami kebutaan sejak ia berusia tiga tahun. Keterbatasan indra penglihatannya nyaris tidak menjadi penghalang bagi Hussein untuk memperoleh pendidikan hingga ke jenjang doktoral. Sejarah baru Hussein sendiri dimulai dari pertemuannya dengan Suzzane saat dia menjalani kuliah di Prancis. Karena tidak banyak buku yang ditulis dengan huruf braile, Suzzane lah yang membacakan berbagai referensi untuk Hussein.

Suzzane, yang dipanggil Hussein dengan "suara lembut", kemudian menjadi istri, mentor, penasihat, asisten, dan ibu dari anak-anaknya. Hussein pernah mengatakan bahwa sejak pertama kali ia mendengar "suara lembut" Suzzane, "amarah tidak pernah lagi merasuk ke hatinya".

Hussein wafat pada Oktober 1973 dalam usia 84 tahun di rumahnya, sendiri, hanya ditemani Suzanne, si pemilik "suara lembut".

10 comments:

noerce said...

Hix2...dah penuh airmata (cewek skalie yach,he2...jd ingat novel Taj Mahal-Kisah Cinta Abadi-)

Yang tulus akan berbuah ketulusan juga, smg akan lahir "suara2 lembut" lain yg menguatkan utk org2 di sekitar sang pemilik suara.

Yang "lembut" bukan seharusnya melemahkan, tapi harus "Menguatkan" ^_^

dasiLia said...

Hwaaa...so sweet..:), beruntungnya jadi Suzanne, dipanggil "suara lembut" sama Taha Hussein. Kira-kira apa ya yang membuat Mas Amrie terinspirasi untuk nulis soal ini? :).

Kalo Ukie dipanggilnya apa ya nanti sama suami Ukie kelak? "Suara cempreng" kali ya, hahahaha... becanda....maaf...

Salam,

Amrie Hakim said...

@ nuri jan:

saya setuju, nuri jan.. saya setuju..

@ ukie jan:

"so sweet"? kebetulan sekali, "suara lembut" itu sebetulnya saya alihbahasakan dari "sweet voice" :)

inspirasinya mungkin berawal dari kekaguman saya pada buku Taha Hussein di atas, "Malapetaka Terbesar dalam Sejarah Islam". dari sana, saya penasaran untuk mengenal lebih dekat taha hussein. ternyata, sekali lagi saya menemukan satu lagi bukti bahwa selalu ada wanita hebat di samping laki-laki hebat..

Fr!Sa said...

bahagia bgt saling mencintai dan dicintai dengan begitu besar "orang yang mencintai kita tidak akan pernah benar2 meninggalkan kita"

mas amrie bener banget, memang selalu ada wanita hebat disamping pria yg juga hebat.

so sweet... semoga aku bisa menjadi wanita seperti itu :)

Amrie Hakim said...

baru-baru ini salah temen saya mem-forward-kan sebuah e-mail di milis, subjeknya, 'bahagia adalah'. di akhir e-mail itu tertulis, 'Berusaha dan bahagialah karena kita dicintai begitu banyak orang'.. tapi, bukankah kalimat yg lebih baik dari itu adalah 'Berusaha dan bahagialah karena kita MENCINTAI begitu banyak orang'

dasiLia said...

"baru-baru ini salah temen saya mem-forward-kan sebuah e-mail di milis, subjeknya, 'bahagia adalah'", maksudnya salah satu temen Mas Amrie??? Dan menurut Ukie, kalimat yang lebih baik lagi dari itu adalah 'Berusaha dan bahagialah karena kita MENCINTAI dan DICINTAI begitu banyak orang', alhamdulillah kalo begitu :) hehehehe...

Amrie Hakim said...

@ ukie:

terima kasih untuk koreksinya :)

saya tinggal sejengkal lagi untuk setuju dgn pendapat ukie.

saya berusaha semampunya untuk mencintai sebanyak mungkin orang, tapi berharap "balasan" dari sedikit orang saja :)

Anonymous said...

Hmmmm..so sweet :) seperti apa yah sosok suzanne??wanita bersuara lembut...
pasti seneng bgt deh bisa saling mencintai dan dicintai dengan perasaan yang tulus, dan smoga someday aku bisa menjadi sosok seperti suzanne yah, jd wanita yang "bersuara lembut"..hehehe

Anonymous said...

Hmmmm..so sweet :) seperti apa yah sosok suzanne??wanita bersuara lembut...
pasti seneng bgt deh bisa saling mencintai dan dicintai dengan perasaan yang tulus, dan smoga someday aku bisa menjadi sosok seperti suzanne yah, jd wanita yang "bersuara lembut"..hehehe

Amrie Hakim said...

@ tiara:

amin to that :)

btw, gimana persiapan untuk acara launching rabu minggu depan? semoga semuanya lancar2 aja ya. salam buat semua temen hukumonline.