Monday, January 14, 2008

revolusi hati

Salah satu alasan kenapa cukup sulit buat saya untuk memelihara dendam (terhadap orang lain) adalah karena sikap atau kata-kata buruk orang lain tentang saya mungkin berakar pada sikap atau perkataan buruk saya juga. Alasan lainnya, karena besarnya harapan agar orang itu akan berubah menjadi baik suatu hari nanti. Bahwa dia akan mengalami revolusi hati.

Kepada sebagian besar teman saya suka memohon agar mereka mengritik, menjelek-jelekkan, menyumpah-serapah diri saya di depan hidung saya, tidak di belakang saya. Hal itu saya minta karena, bagi saya, lebih nikmat mendengar kritikan langsung dari sumbernya (orang pertama) ketimbang dari orang selain dia. Simpelnya, seperti kata Britney Spears, don't let me be the last to know.

Saya, insya Allah, tidak pernah membeda-bedakan antara kritik yang membangun dengan kritik yang tidak membangun. Buat saya semua kritik adalah membangun. Kritik yang mungkin oleh sebagian orang dianggap tidak membangun pun bisa membangunkan saya. Kritik selalu membuat mata, hati, dan pikiran saya terbuka.

Balik ke soal mendendam, terhadap mereka yang mencela, menghina, atau berburuk sangka terhadap saya, saya tidak mendendam. Satu-satunya orang yang mungkin pantas saya dendami adalah diri saya sendiri. Begitu banyak kesalahan yang telah saya lakukan tapi sangat sedikit niat untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan itu.

Kadang kita sulit untuk mengerti mengapa ada orang yang begitu manis tutur katanya dan prilakunya saat di depan kita, tapi demikian "menyeramkan" kata-kata dan sikapnya (terhadap kita) ketika tidak bersama kita. Inilah sesungguhnya jenis manusia yang paling perlu kita waspadai. Orang-orang seperti ini mengingatkan kita pada sosok Abdullah bin Ubay, seorang munafik yang menjadi musuh dalam selimut bagi kaum muslimin di Madinah.

Itu satu lagi alasan kenapa kita tidak dianjurkan untuk memelihara dendam atau prasangka buruk kepada orang lain. Orang yang seakan-akan manis di depan kita, belum tentu akan manis pula saat di belakang kita. Dan, mereka yang begitu keras sikap atau perkataannya di hadapan kita, belum tentu punya maksud yang buruk terhadap kita.

Umar bin Khaththab, salah satu sahabat Nabi yang paling dekat, dahulunya termasuk musuh Islam yang paling kejam. Tapi, kemudian Umar mengalami, apa yang disebut Tariq Ramadan sebagai, revolusi hati. Islam masuk ke hati Umar pada hari ketika dia hendak membunuh Rasulullah SAW dengan pedangnya. Sejak hari itu Umar telah berubah menjadi pahlawan Islam yang utama.

Mengenai hal itu, Tariq Ramadan menulis, "Tak seorang pun di antara pengikut Nabi yang dapat membayangkan bahwa Umar akan mengikuti pesan agama Islam, mengingat ia dengan sangat jelas telah mengungkapkan kebenciannya kepada islam. Revolusi hati ini merupakan sebuah tanda, dan ia mengajarkan dua hal: tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, dan kita tidak boleh memberikan penilaian mutlak terhadap sesuatu atau seseorang."*


----------
Referensi:
* Tariq Ramadan, "Muhammad: Rasul Zaman Kita", Penerbit Serambi, Oktober 2007, hal. 133-134.

4 comments:

noerce said...

Kembali ke rupa2 "wajah" manusianya sendiri. Ada yg begitu ahli dalam perannya di balik "topeng",
ada juga yg sangat polos & lugu ("saya" bangets...hi2, narsisnya kambuh),shg sangat canggung dgn setiap peran di balik "topeng", he2..(Boong).Kembali ke pertanggungjawaban pribadi bukan?
Smg kita tetap bisa mjd pembelajar, to be better...Bukankah tlh ada tauladan yg telah di kisahkan..^_~

Anonymous said...

Segala sesuatu memang tidak selalu seperti kelihatannya :)

Anonymous said...

Percaya gak, setiap orang sepertinya lebih senang dipuji daripada di kritik. ya kan?
Apalagi kalau kritikan tersebut,taunya malah belakangan, dan bukan dari sumbernya lagi. ihh, sebel bgt deh... seperti kata jeng britney "don't let me be the last to know" lah..
Tapi tidak bisa dipungkiri juga.. banyak bgt manusia yang memiliki sifat manis di bibir dan tingkah laku, eh malah jadi srigala kalo di belakang.. (ya Allah, seandainya saya org spt itu, ampunilah saya..)
Nah itu, dari semuanya, apapun kritik yang disampaikan kepada kita, kita harus mempersiapkan mental dan hati untuk bisa nerimo kritikan tersebut, yah.. walau kritikan tersebut pedas rasanya.
Wah, sepertinya harus menerapkan ilmu "iklas dan sabar" neh..
Good Luck... ^o^

Amrie Hakim said...

adinda nur, doa adinda itu sangat indah, "semoga kita tetap bisa menjadi pembelajar". ya, nur, mudah2an kita semua bisa menjadi pembelajar sampai akhir hayat.

kurang lebih begitu adinda ukie :) yah, intinya sih, kita ga perlu gegabah dan sebisa mungkin mendahulukan berprasangka baik.

iya, saya percaya. saya juga begitu kok. saya suka kalo orang memuji saya, "uh amrie hebat ya menyukai kritik dan tidak menyukai pujian"... ^o^