Thursday, October 11, 2007

hafshah, sang pecemburu

Selain Aisyah binti Abu Bakr, istri Rasulullah yang lain yang paling dikenal karena sifat pecemburunya adalah Hafshah binti Umar bin Khaththab. Ada sejumlah kisah yang diabadikan dalam sejarah di mana sifat cemburu Hafshah tidak jarang sangat menyulitkan Rasulullah. Bahkan, ada satu episode dalam kehidupan Hafshah yang diabadikan dalam Al-Quran (surah 66:1-5) yaitu saat dia bersama Aisyah melakukan pemufakatan tidak terpuji yang membuat Nabi hampir-hampir mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan Allah.

Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah berada di rumah Zainab binti Jahsy, istri Rasulullah yang lain, sedikit lebih lama dari biasanya. Di rumah yang lain, Aisyah dan Hafshah yang usianya memang tidak terpaut jauh (Aisyah kurang lebih berusia 17-18 tahun dan Hafshah usianya berkisar 20 tahunan), sedang merancang "konspirasi" kecil terhadap sang suami tercinta.

Aisyah, yang memang dikenal sebagai istri Rasulullah yang paling cerdas dan cerdik, bersepakat dengan Hafshah untuk mengatakan sesuatu kepada Rasulullah jika beliau datang lebih dulu ke rumah Hafshah. Yang mesti Hafshah ucapkan kepada beliau adalah, "hai Rasulullah, anda telah makan maghafir (semacam getah yang keluar dari sejenis tanaman, manis rasanya tapi tidak enak baunya)." Rencana ini dirancang sedemikian rupa karena keduanya tahu benar kebiasaan Zainab yang selalu menyuguhkan madu, minuman kesukaan Rasulullah.

Singkat cerita, rumah Hafshahlah yang pertama kali didatangi Rasulullah setelah dari rumah Zainab. Ia kemudian mengatakan, "Aku mencium bau maghafir ya Rasulullah!" Beliau menjawab, "Aku tidak makan maghafir (beliau tidak senang makan sesuatu yang baunya tidak enak), Aku hanya minum madu di rumah Zainab. Aku bersumpah tidak akan meminumnya lagi." Akibat peristiwa ini kemudian turunlah Surah at-Tahrim ayat 1-5. Pada intinya, dalam ayat-ayat tersebut Allah menegur Rasulullah agar tidak terlalu memanjakan istri-istrinya sehingga mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah.

Dikisahkan pula bahwa begitu seringnya Hafshah membuat ulah yang didorong oleh sifat cemburunya sampai-sampai Rasullulah hampir menceraikannya. Nabi baru membatalkan niatnya itu setelah Jibril datang kepada beliau dan mengatakan kepada beliau untuk tidak menceraikan Hafshah. Kepada Rasulullah, Jibril berkata, "kembalilah kepada Hafshah, sesungguhnya ia wanita yang senantiasa puasa, mendirikan shalat, dan ia adalah istrimu kelak di surga."

Kisah mengenai Hafshah dan hubungannya dengan Rasulullah mengajarkan kepada kita banyak hal, diantaranya:
  1. Kecintaan Nabi kepada Hafshah dan istri-istri beliau yang lain tidak boleh berlebihan sehingga beliau mengharamkan apa-apa yang telah dihalalkan atas beliau oleh Allah swt.
  2. Sifat pencemburu Hafshah yang berlebihan telah menimbulkan kesulitan di sisi Rasulullah sehingga beliau mendapat teguran dari Allah karena terlalu memanjakan Hafshah.
  3. Allah tetap ridha terhadap Hafshah meski karena sifat cemburunya sering menyusahkan Nabi, karena Allah Maha Mengetahui bahwa kecemburuan Hafshah didorong oleh rasa cintanya yang mendalam kepada Rasulullah. Ia sering berulah karena ia merasa takut Rasulullah kurang memperhatikan dirinya.
  4. Allah melalui malaikat Jibril mencegah Nabi dari menceraikan Hafshah karena ia wanita yang senantiasa puasa, mendirikan shalat, dan ia adalah istri Rasulullah kelak di surga.
--------------
Referensi:
1. Saat-Saat Kritis dalam Kehidupan Rasulullah, Abdul Wahab Hamudah, Pustaka Firdaus, cetakan keempat, Januari 1991.
2. Hafshah binti Umar bin Khattab, oleh Ahmad Sahidin.

2 comments:

Anonymous said...

luar biasa....kebetulan sekali... :)

Anonymous said...

Wah..bagus aja neh tulisannya..
aku jd tau informasi ttg my full name neh..hehe
satu kata buat mas amri deh.._good_
btw thnk u yah atas tulisannya ttg hafshah ini.. :D