Wednesday, June 06, 2007

utang

Salah satu “kebijakan ekonomi” yang diterapkan lumayan ketat di keluarga kecil kami adalah menahan diri (sekuat mungkin) dari membuat utang. Atas dasar itu, saya melarang diri saya sendiri dan istri untuk membuka rekening kartu kredit, walaupun makin hari makin banyak teman, tetangga dan rekan kerja di sekeliling kami yang menggunakan kartu kredit. Alhamdulillah, kami belum tergoda untuk mengisi aplikasi kartu kredit di bank manapun. Untuk yang satu ini, kami siap untuk menjadi orang kuno. Kalaupun sikap kami yang menghindari kartu kredit dan alergi untuk berutang dianggap "kampungan", kami rela, insya Allah.

Meski begitu, bukan berarti kami tidak pernah membuat utang sama sekali. Sejauh ini, kalaupun harus berhutang, kami menghindari membuat utang dengan bank atau lembaga keuangan lain. Itu kami lakukan karena takut akan (sistem) bunga (yang berbunga) di bank dan juga karena dana yang kami perlukan sejauh ini tidak terlalu besar, alhamdulillah. Kalau saya tidak salah, kami pernah meminjam uang dari koperasi di kantor istri. Selain berbunga ringan, sistem peminjaman dana di koperasi tersebut sedemikian rupa memungkinkan si peminjam memperoleh kembali (dalam porsi tertentu) bunga yang pernah dibayarkan lewat sisa hasil usaha yang dibagikan setiap tahun.

Kalaupun harus meminjam uang, itupun kami lakukan, sebisa mungkin, untuk keperluan yang sangat sangat penting. Artinya, kami berusaha keras untuk tidak berutang demi hal-hal yang konsumtif. Seingat saya, kami tidak pernah berutang untuk membeli televisi, sekalipun televisi di rumah kami sudah berkurang performa visualnya, kami cukup sabar untuk tidak berutang untuk membeli DVD player atau perangkat home theater yang berkualitas tinggi sekalipun saya adalah penggila dvd, bahkan saya juga sangat menahan diri dari mengkredit motor baru untuk mengganti motor yang sudah hampir enam tahun terakhir saya gunakan. Waktu itu, kami berutang dari koperasi untuk merenovasi rumah.

Imam Ali bin Abi Thalib pernah berucap bahwa sedikitnya tanggungan keluarga adalah sebagian dari rezeki (tolong koreksi jika saya salah kutip). Dari hikmah itu mungkin kita bisa pula mengatakan bahwa sedikitnya tanggungan (beban) utang adalah sebagian dari rezeki. Saya berdoa memohon kepada Allah yang Mahakaya untuk memelihara wajah kami dari kemiskinan dan hinanya kegemaran berhutang, serta memberikan kepada kami rezeki yang halal dan cukup. Amiin.

Wallahu a'lam.

No comments: