Wednesday, June 20, 2007

penulisan dan membaca sejarah ali

Berikut ini adalah e-mail saya kepada seorang sahabat yang sama-sama penyuka buku sejarah, khususnya sejarah Nabi dan empat khalifah yang lurus (khulafa ar-rasyidin).

Subject: penulisan dan membaca sejarah ali

Dear S*****,

Berikut ini ada artikel yang gw ambil dari Kompas yang judulnya "Penulisan Sejarah dan Penelitian Makam Keluarga Yesus". Menurut gw, tulisan ini bagus banget buat kita yang suka membaca buku-buku sejarah, terutama sejarah Rasul dan Ali. Khusus terkait Ali, artikel ini jadi relevan karena pendekatannya menjelaskan model penulisan sejarah buku Dinasti Umawiyah yang gw baru selesai baca.

Secara umum, buku itu adalah buruk, menurut gue. Bukan karena penulisnya cenderung mengecilkan (peran) Ali dan membesar-besarkan (peran) Muawiyah sebagai pemimpin yang berhasil dalam sejarah Islam. Tapi, karena metode penulisannya yang tidak konsisten. Misalnya, dia dengan tegas menolak hadis mengenai kronologis terbunuhnya Usman yang berasal dari perawi yang Syiah. Penolakannya itu, seperti dia akui sendiri, semata-mata karena perawinya Syiah sehingga sang penulis khawatir sang perawi tidak "netral" atau condong mendiskreditkan bani Umayyah dalam tragedi pembunuhan Usman. Walaupun, kronologis dari perawi Syiah ini jauh lebih lengkap dibanding perawi dari sisi Sunni. Namun, pada bab yang berbeda dia merujuk pada hadis dari perawi Syiah yang sama di saat dia tidak punya sumber lain yang bisa dia rujuk. Di sisi lain, daya kritis si penulis agak kendur saat berhadap-hadapan dengan hadis/riwayat dari sisi Sunni.

Menurut gue, seharusnya si penulis menjabarkan riwayat atau versi baik dari sisi Sunni maupun Syiah. Nanti biar pembaca yang menilai sendiri mana yang paling mendekati kebenaran. Itulah yang dilakukan Thaha Husain dalam buku Fitnatul Kubra yang betul-betul mengagumkan. Memang daya kritis Thaha Husain di buku itu membuat dia jadi kontroversial karena lugas mengkritik sahabat-sahabat Nabi. Tapi, itupun dia lakukan karena tidak ada cara lain untuk menganalisis tragedi pembunuhan Usman tanpa menyoroti sosok dan peran tiap-tiap orang yang terlibat atau hidup di masa itu. Kalau dibanding Fitnatul Kubra, buku Dinasti Umawiyah kualitas penulisannya bisa disebut menyedihkan.

Tapi, ada satu hal yang gw dapat dari buku Dinasti Umawiyah yaitu mengenai penulisan sejarah seputar pembunuhan Usman yang betul-betul lepas dari unsur teologi. Ini mungkin mendekati teori penulisan sejarah yang ditulis di artikel terlampir: "...asumsi dasariah dalam penulisan sejarah adalah segala sesuatu dapat terjadi dalam dunia ini hanya karena sebab-sebab empiris natural, sosiologis, dan kultural." Sosok Ali misalnya, digambarkan sebagai pemimpin yang gagal dalam berpolitik, tapi kesalehannya sebagai pemimpin tidak ada tandingannya pada masanya. Sebaliknya, sosok Muawiyah ditulis sebagai sosok pemimpin yang berhasil meski tidak memiliki kesalehan seperti Ali. Muawiyah (dan Marwan) juga digambarkan sebagai pemimpin yang nyaris tanpa cela dan tangannya bersih dari darah Usman.

Penggambaran sosok Ali yang demikian sedikit sekali gw dapet dari buku-buku koleksi gw yang lain yang kebanyakan lebih condong kepada Ali. Dalam menulis tentang Ali, buku-buku yang kebanyakan diterbitkan penerbit bermazhab "ahlul bait", mereka mungkin boleh dibilang belum dapat melepaskan pendekatan teologi. "Di dalam teologi (khususnya di dalam agama-agama monoteistik), penyebab-penyebab sebuah kejadian dalam dunia dijelaskan tidak terlepas dari keterlibatan Allah di dalamnya, keterlibatan faktor nonempiris supernatural, nonsosiologis, dan nonkultural. Jikalau seorang sejarawan menulis sebuah uraian sejarah dengan ke dalamnya ia melibatkan intervensi Allah ke dalam dunia kodrati, maka ia berhenti menjadi seorang sejarawan, berubah menjadi seorang teolog, dan karya tulisnya berubah menjadi sebuah teologi."

Nah, salah satu buku sejarah Ali yang mungkin berkualitas dalam hal penulisannya, meski belum bisa disandingkan dengan Fitnatul Kubra tapi jauh lebih baik dibandingkan Dinasti Umawiyah, adalah buku Ali bin Abi Talib yang ditulis Ali Audah. Buku ini diterbitkan bukan oleh penerbit bermazhab ahlul bait, tapi oleh penerbit yang sebelumnya menerbitkan buku-buku biografi Rasulullah, Abu Bakar, Umar, dan Usman karya M.H. Haekal.

Akhir kata, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca e-mail gw yang panjang lebar ini. Mohon luangkan waktu sekali lagi untuk menuliskan pendapat lo tentang pandangan di atas.

Wasalam,

amrie

No comments: