Trautman: Oh you're the one who's making the mistake.
Murdock: Yeah? What mistake?
Trautman: Rambo.
~ Rambo II.
Akhir pekan yang lalu saya nonton film John Rambo (Rambo IV) tidak di bioskop, tapi di rumah. Meskipun tidak seenak nonton di bioskop, tapi lumayan bisa dinikmati. Sebelumnya, banyak teman yang bilang, Rambo IV bukan film bagus. Saya percaya dengan itu karena saya memang dikecewakan dengan proyek Sylvester Stallone sebelumnya, Rocky Balboa (sebaliknya, Rocky Balboa banyak dipuji orang).
Tapi ternyata, Rambo IV tidak seburuk yang diceritakan. Saya tidak bilang film itu sangat bagus, hanya tidak sejelek penilaian sebagian teman-teman. Sebagai film laga, buat saya, Rambo IV tetap masih lebih memuaskan daripada Hitman misalnya atau, yang lebih menyedihkan lagi, The Marine. Tapi, ketiga film itu punya sedikitnya satu kesamaan, ending yang buruk.
Selain Rambo IV, saya juga pernah melihat beberapa film lain yang oleh kritikus atau kebanyakan orang dinilai buruk, tapi kenyataannya sama sekali tidak seburuk yang orang katakan. Shark Tale adalah salah satunya. Mungkin saja Shark Tale tidak sebaik Finding Nemo, film animasi yang sama-sama menjadikan mahluk-mahluk laut sebagai tokoh-tokoh utamanya, tapi Shark Tale, menurut saya, tidak kalah berbobot dan menghibur.
Seperti juga Finding Nemo yang saya tonton nyaris selusin kali, Shark Tale juga sarat akan pesan moral yang disampaikan dengan menghibur dan jauh dari membosankan. Salah satunya adalah mengenai arti dan harga dari sebuah popularitas. Popularitas oleh film ini diartikan sebagai sesuatu yang bisa dicapai tanpa kerja keras, atau hanya melalui kebetulan semata.
Dan, Shark Tale juga memotret kecenderungan banyak orang, termasuk kita sendiri, yang menjadikan popularitas sebagai tujuan utama. Popularitas dianggap sebagai sumber kebahagiaan. Karena, bersama popularitas datang berbagai kemudahan. Karena populer, teman atau lebih tepatnya orang-orang yang mengaku sebagai teman pun menghampiri dari semua penjuru mata angin.
Oscar, si ikan kecil tokoh utama Shark Tale, belajar bahwa dia tidak perlu menjadi ikan yang populer, ikan yang tinggal di puncak terumbu karang sebagai simbol kemewahan, untuk menjadi "somebody". Karena tanpa Oscar sadari, selama ini dia adalah "somebody" bagi Angie yang mencintainya. Buat Angie, Oscar bukanlah "nobody" dan Angie tetap menyayangi Oscar sekalipun dia adalah "nobody".
Kita bisa juga belajar dari John Rambo yang low profile dan lebih banyak kerja daripada bicara. Rambo diceritakan pernah jadi kuli sukarela di sebuah biara di Thailand (Rambo III), di Rambo IV, dia dikisahkan sebagai tukang perahu di pedalaman Thailand. Meski demikian, Rambo adalah penolong bagi orang lemah dan malaikat maut bagi para penindas.
Dari John Rambo, kita dapat belajar untuk tidak menganggap remeh orang lain. Karena, mungkin saja yang terlihat oleh kita sebagai tukang somay atau tukang gorengan atau tukang layangan, boleh jadi orang tersebut adalah semacam Rambo yang senantiasa siap untuk menendang pantat para penjahat jika dibutuhkan..
No comments:
Post a Comment