Tuesday, June 19, 2007

tha'if

"Ya Allah, kepada-Mu aku mengeluhkan kelemahan-kelemahanku, ketidakberdayaanku, dan kehinaanku di hadapan manusia. Wahai yang Maha Pengasih di antara yang mengasihi! Engkau Tuhan orang-orang yang lemah dan Engkau adalah Tuhanku. Kepada siapakah Engkau hendak menyerahkan diriku? Kepada orang-orang asing yang bermuka masam terhadapku atau kepada musuh yang Engkau takdirkan akan mengalahkanku? Hal itu tidak aku risaukan, jika Engkau tidak murka kepadaku. Namun, rahmat-Mu bagiku amat luas. Aku menyerahkan diri pada cahaya-Mu yang menerangi segala kegelapan dan menentukan kebaikan urusan dunia dan akhirat. Aku berlindung dari murka-Mu. Aku senantiasa mohon rida-Mu. Karena tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas perkenan-Mu."(1)

Doa di atas adalah salah satu doa Rasulullah yang sangat terkenal. Doa yang dikenal sebagai Doa Thaif ini beliau panjatkan di bawah sebuah pohon anggur di daerah Tha'if. Doa tersebut adalah rintihan hati beliau setelah beliau mendapat perlakuan yang menyakitkan dari warga Tha'if yang tidak hanya menolak dakwah beliau, tapi juga menganiaya beliau. Diriwayatkan, dalam peristiwa ini beberapa bagian tubuh beliau bercucuran darah karena dilempari batu oleh penduduk Tha'if yang menolak dakwah beliau.(2)

Peristiwa Tha'if terjadi pada masa yang disebut sejarawan sebagai "Tahun Duka Cita" yaitu pada tahun 691 M. Saat itu, Rasulullah berumur 50 tahun. Disebut Tahun Duka Cita karena pada tahun itu nabi kehilangan orang-orang yang sangat dicintainya dan mereka pun sangat mencintai beliau. Pada tahun itu, Nabi ditinggal Khadijah, istri yang sangat beliau kasihi. kematian Khadijah kemudian segera disusul oleh kematian paman beliau, Abu Thalib. Abu Thalib adalah salah satu kerabat Nabi yang selalu menjadi pelindung beliau dari ancaman Quraisy Mekkah.

Kematian Abu Thalib membuat kaum musyrik Quraisy makin berani menyerang Nabi. Jika sebelumnya serangan mereka hanya sebatas cercaan atau hinaan, kali ini mereka telah berani berbuat lebih jauh. Dalam satu kesempatan, seseorang melemparkan kotoran ke wajah dan seluruh kepala Nabi. Untuk menghindari serangan dari Quraisy Mekkah, kemudian beliau pergi ke Tha'if dengan maksud mencari perlindungan dari Bani Tsaqif. Akan tetapi, sambutan penduduk Tha'if tidak lebih baik dari penduduk Mekkah.

Tahun Duka Cita atau peristiwa Tha'if khususnya, buat saya, adalah episode paling memilukan dalam sejarah hidup Rasulullah. Tapi, dari episode inilah saya jadi mengetahui kebesaran jiwa Rasulullah. Tidak ada kekecewaan atau kutukan apalagi kemurkaan yang keluar dari lisan beliau di saat beliau mendapat siksaan dan cemoohan dari banyak orang. Peristiwa itu juga menunjukkan bahwa sekuat-kuatnya pelindung selain Allah adalah lemah dan sementara. Diceritakan, ketika Rasulullah pulang dengan wajah dan kepala berlumur kotoran, salah seorang putrinya membasuh dan membersihkannya sambil menangis. "Jangan menangis putriku," kata beliau, "Allah akan melindungi ayahmu."

----------
Referensi:
(1) Martin Lings, Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, Serambi, Cetakan pertama, April 2007.
(2) Abdul Wahab Hamudah, Saat-saat Kritis dalam Kehidupan Rasulullah, Pustaka Firdaus, Cetakan keempat, Januari 1991

No comments: