Thursday, December 11, 2008

taman orang-orang yang jatuh cinta dan memendam rindu*

Apa yang paling dia inginkan untuk dirinya,
dia inginkan itu untuk sang kekasih
Dia berkata,
aku menyukai apa yang engkau sukai,
dan aku membenci apa yang engkau benci

Hanya melalui sang kekasih
dia mengenal dirinya
Dia berdoa,
Duhai Sumber Segala Cinta,
kehendak dia adalah kehendakku,
penolakkan dia adalah penolakkanku

Sumur dia tak pernah kering
dari mata air baik-sangka kepada sang kekasih
Kerinduan dia adalah demam
yang membuat terjaga malam-siang
Kecemburuan dia menambah garang sakit-rindu

Pena-kitab dia menulis
puji-pujian untuk sang kekasih
Kuas-kanvas dia melukis
merah-merona pipi sang kekasih
Lisan-kata dia mengucap
kebaikan-kebaikan sang kekasih

Dia bermunajat,
Duhai Engkau yang Mahaindah dan mencintai keindahan,
Sungguh telah Engkau perindah kejadian dia,
ku mohon perindah jualah akhlak dia
Duhai Engkau yang Membolak-balikkan hati
tetapkanlah selalu hatiku kepada diin-Mu
juga kepada dia


Kuningan, 11 Desember 2008
--------------------
*Judul diilhami buku "Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu" yang merupakan edisi bahasa Indonesia dari "Raudhah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Mustaqin" karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah yang diterbitkan oleh Darul Falah.

Tuesday, December 09, 2008

manfaat dan kesenangan

Suatu hari, kepada seorang sahabat yang sedang sedih, saya bilang, kesenangan kita mungkin tidak terletak pada seberapa besar manfaat yang kita rasakan dari orang-orang di sekitar kita, tapi pada seberapa besar manfaat yang telah kita berikan bagi mereka.

Bicara memang gampang. Menghadapi situasi yang pernah dihadapi sahabat saya itu ternyata sulit. Dia itu salah satu orang yang gemar menolong sesama. Lebih dari itu, dia juga paling takut melukai perasaan orang lain.

Meski dalam membantu dia tidak pernah berharap pamrih, tapi sebagai manusia biasa dia senang kalau dia beroleh bantuan dari orang-orang di sekitarnya saat dia membutuhkan. Dan sangat manusiawi jika dia sedih ketika itu tidak terjadi.

Saya duga dilema yang dihadapi sahabat saya itu hampir pasti pernah dirasakan setiap orang. Yang lulus ujian adalah mereka yang tidak surut dalam menjadikan dirinya bermanfaat bagi sebanyak mungkin orang kendati terasa berat dalam melakukan itu. Berat karena dia harus rela (perbuatan baiknya) dilupakan dan, suatu saat, dia ditinggalkan. Berat? Tidak, tapi sangat berat.

Saya sendiri tidak rela perbuatan baik saya dilupakan dan saya merasa terlalu baik untuk ditinggalkan. Tapi, sementara apa yang saya senangi tidak terjadi, apa yang saya tidak senangi malah terjadi.

Syukur saya belum lupa bahwa sangat baik untuk menyenangi apa-apa yang terjadi, jika apa yang kita senangi tidak terjadi. Dan, melalui cara yang paling indah dan tersembunyi, saya sudah dibuat senang oleh sahabat saya itu..